Mantan TKW Asal Klaten Jadi Guru Besar UIN Walisongo

Kisah inspiratif Prof. Siti Mujibatun layak diteladani. Sang profesor yang merupakan mantan TKW jadi guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang

SEMARANG Acara pelantikan Profesor Siti Mujibatatun dilangsungkan Selasa (31/3/2015). Acara ini menarik perhatian banyak pihak. Ini karena sang profesor pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi.

Perempuan berkacamata itu menjadi pusat perhatian dari ratusan tamu undangan yang memenuhi aula Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Selasa (31/3).

Mengenakan toga, baju kebesaran bagi seorang guru besar, dia berdiri di atas mimbar menyampaikan pidato pengukuhan sebagai guru besar.

Acara pengukuhan guru besar dalam rapat senat terbuka yang dipimpin Rektor UIN Walisongo, Semarang, Prof. Muhibin itu berjalan lancar.

Namun, ada yang menarik pada pengukuhan guru besar ini, sebab sang guru besar ilmu hadist pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Walisongo Semarang yakni Prof. Hj. Siti Mujibatun ternyata adalah mantan tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi. Saya memang pernah menjadi TKI di Riyadh Arab Saudi,ungkap Siti kepada wartawan sesuai pengukuhan.

Guru besar kelahiran Klaten pada 13 April 1959 ini, kemudian menceritakan awalnya menjadi TKW di Riyadh Arab Saudi tersebut.
Selepas lulus dari Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, sekarang telah berubah menjadi UIN Walisongo Semarang pada 1983, Siti belum mendapatkan pekerjaan, sedang mau melanjutkan kuliah S2 tidak ada dana.

Pada 1984, dia nekat melamar pekerjaan menjadi TKW di Riyadh, Arab Saudi melalui perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) di Jakarta.

Orang tua sempat melarang ketika saya meminta izin menjadi TKW di Arab Saudi, kata anak nomor lima dari enam bersaudara yang kesemuanya perempuan.

Pertimbangan menjadi TKW di Arab Saudi, karena dapat melaksanakan ibadah haji secara gratis. Sesuai peraturan pemerintah Arab Saudi, setiap majikan diwajibkan untuk memberangkatkan TKW yang bekerja di keluarganya naik haji.

Pekerjaan Siti di Riyadh bukan sebagai pembantu rumah tangga, tapi memberikan pelajaran membaca kepada anak-anak majikan dengan mendapatkan gaji senilai 800 riyal per bulan.

Berhenti Kerja

Kontrak kerja saya mestinya dua tahun, tetapi baru 18 bulan saya sudah minta berhenti dan pulang ke Indoneisa, ucapnya.

Dia memilih pulang, karena mendapatkan informasi adanya lowongan dosen di IAIN Walisongo. Guna menghindari denda akibat melanggar perjanjian kerja, Siti menempuh cara kekeluargaan, dengan berpamitan dan berbicara baik-baik kepada majikan.

Majikan saya bisa menerima. Sebagai kompensasi memutuskan kontrak kerja saya memberikan gaji selama empat bulan senilai 3.200 riyal [8.00 riyal X 4] kepada majikan, beber ibu dua orang anak ini.

Siti menambahkan ada kenangan selama menjadi TKW di Riyadh mendapatkan jodoh dan menikah dengan suaminya K.H. Najamudin. Suami saya bekerja di bagian ekspor dan impor Riyadh, tukasnya sambil tersenyum.

Siti memberikan saran kepada para perempuan yang akan bekerja luar negeri, baik di Arab Saudi dan negara lain supaya bersikap cerdas dan dapat berkomunikasi dengan majikan.

Menurut dia, berdasarkan pengalaman menjadi TKW, majikan tidak akan bertindak sewenang-wenang terhadap pembantunya yang cerdas dan bisa berkomunikasi.

Kalau TKW cerdas dan bisa berkomunikasi dengan majikan, serta bekerja dengan baik, maka akan diperlakukan baik oleh majikan, paparnya.

Sementara itu, Rektor UIN Walisongo, Semarang, Prof. Muhibin merasa bangga dengan pengukuhan guru besar Siti Mujibatun. Prof. Siti Mujibatun merupakan guru besar yang ke-26,ungkap dia.

 

Sumber :A�http://www.solopos.com/