Berawal sebagai TKW, Kini Jadi Profesor

Perjalanan karier seseorang tak selalu linier. Prof Siti Mujibatun (56) salah satu buktinya. Ia mengawali karirnya sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Arab Saudi. Jabatan guru besar berhasil diemban Mujibatun, 31 tahun kemudian. Bagaimana kisahnya?

Riuh tepuk tangan mengiringi kaki Siti Mujibatun turun dari podium. Ia selesai berorasi ilmiahnya berjudul Tipologi Paradigma Ulama dalam Menentukan Kriteria Keabsahan Hadis dan Implikasinya Terhadap Konflik Internal Umat Islam. Setelahnya, Mujibatun mendapat pengalungan samir guru besar.

Rangkaian penahbisan pada Selasa (31/3) itu mengukuhkan Mujibatun sebagai guru besar Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo. Menjadi dosen adalah pekerjaan yang didambakannya. Tapi, sejak lulus dari Fakultas Syariah IAIN Walisongo tahun 1983, pekerjaan impian tak kunjung didapat.

Setahun berlalu, terbesit di pikiran Mujibatun untuk merantau ke Arab Saudi. Saya ingin mengajar di sana. Sekaligus belajar ilmu syariah di sana, dan bisa sekalian berhaji, kisahnya.

Kata Mujibatun, semua itu tidak bisa didapat secara murah di Indonesia. Untuk sekolah lagi, butuh biaya.

Sesampai di Arab tahun 1984, ia ditempatkan di Riyadh untuk pekerjaan mengajar khusus. Majikan saya pejabat di Arab. Saya mengajari anak-anaknya usia tiga dan empat tahun, untuk membaca dan menulis huruf Arab, kata Mujibatun. Ia diupah 800 Riyal per bulan dan mendapat kontrak dua tahun.

Berniat Pulang

Tapi belum selesai kontrak, tepatnya 18 bulan, Mujibatun mendengar kabar pembukaan seleksi dosen UIN Walisongo (dahulu IAIN). Mujibatun lantas mantab berniat pulang ke Indonesia. Saat itu, ia telah bersuami. Najamudin, pemuda yang dikenalnya dari Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang yang sama-sama bekerja di Arab.

Sesampai di Semarang, istri KH Najamudin itu langsung mengikuti seleksi. Ia resmi menjadi dosen UIN tahun 1987 hingga sekarang. Gelar doktor berhasil disandang Mujibatun tahun 2012. Lewat disertasi berjudul Konsep Uang Dalam Islam. Kajian yang berangkat dari inkonsistensi antara ideologi dengan realitas dalam praktik pengelolaan bisnis keuangan berbasis syariah.

Setelahnya, Mujibatun terus mengeluarkan gagasan dalam artikel dan jurnal ilmiah. Hingga akhirnya menyabet gelar profesor dan menduduki jabatan guru besar sekarang. Mujibatun adalah guru besar Ilmu Hadis yang ke-4. Rektor Muhibbin adalah guru besar Ilmu Hadis UIN yang pertama. Dari seluruh guru besar yang dimiliki UIN Walisongo, Mujibatun ada di urutan 26.

Sumber :http://berita.suaramerdeka.com/