UIN Walisongo HIPSI Tandatangani MoU

Semarang – Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo dengan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kesepakatan kerjasama pengembangan santripreuneurship di Ponpes Daarul Falah BESONGO, Ngalian Semarang pada Senin, (16/2).

Penandatanganan UIN Walisongo dengan HIPSI dilakukan Ketua Umum HIPSI, Muhammad Ghozali SE dengan Rektor UIN Walisongo Prof Dr H Muhibbin MAg disaksikan Pengasuh Ponpes Daarul Falah Besongo Dr Imam Taufiq, Wakil Rektor I Dr Musahadi, Wakil Rektor 3 Dr HM Darori Amin, Ketua Lembaga penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Dr Sholihan, Kepala Pusat pengabdian Masyarakat Dr Ali Imron, Kepala Bagian Kerjasama dan Kelembagaan Ahmad Muntoha MM.

Ketua HIPSI Muhammad Ghozali mengatakan, spirit para santri untuk berwirausaha harus digalakkan. Masih sedikit para santri yang memiliki semangat untuk berwirausaha. Oleh karena itu kami menggandeng Ponpes yang ada di Indonesia bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia. HIPSI sangat berkeinginan bisa kerjasama dengan pesantren dan kampus yang ada di Indonesia.

Misalnya di UIN Malang ada 9 hektar lahan agrobisnis yang sudah kita bina, di Banyuwangi juga melakukan training centre peternakan, di UIN Walisongo juga ada desa santri binaan. Semua pihak nanti bisa kami padukan sinergikan agar bisa bekerjasama dengan baik dengan harapan bisa meningkatkan taraf ekonomi para santri, tegasnya.

Ghozali menambahkan, menurut penelitian, 40 orang terkaya yang ada di Indonesia, hanya 8 orang yang muslim, selain itu termasuk dari non muslim. nah, dengan adanya HIPSI ini kami berharap nanti 30 dari 40 orang terkaya adalah dari kalangan muslim sendiri,tambahnya disambut tepuk tangan peserta.

Rektor UIN Walisongo, Prof Dr Muhibbin menyampaikan, Santri harus menjadi miliader. Santri sekarang sudah banyak menduduki berbagai posisi. Santri juga banyak yang menjadi menteri gubernur dan bupati.

Secara umum santri itu harus melakukan perubahan. Santri yang terkesan kumuh miskin gudikan, harus dirubah agar menjadi santri yang kaya raya, berwibawa, elit, dengan tetap menjaga nilai-nilai Islam.

Prof Muhibbin menambahkan, Santri harus kaya, agar bisa melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Misalnya berzakat, haji yang memberi sodaqoh dengan para fakir miskin. Saya sangat mendukung acara ini, tidak hanya dalam arti ucapan, tapi juga action. Yang nanti akan dilakukan perjanjian kerjasama.

Pengasuh PonPes Daarul Falaah Besongo mengharapkan, Kita para pengasuh ingin Bagaimana para santri itu membangun jiwa ekonomi, bisa mengembangkan jiwa bisnis dan entterpreneurship. Santri menjadi ajang membangun jiwa bisnis, punya jejaring bisnis yang kuat. Santri harus bisa menjadi miliarder.

Santri itu punya produk unggul yang banyak karena jaringannya gak punya, ya jarang ada yang merangkul.